Rabu, 16 November 2016

SISTEM IMFORMASI MANAJEMEN Pendekatan Kuantitatif Dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko



PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebanyakan orang ingin menghindari risiko, Karena selalu ingin aman dan hidup tenteram, oleh karena itu kebanyakan orang takut menanggung risiko. Namun semua tahap kehidupan risiko selalu ada dalam setiap tindakan, terlebih dalam perusahaan.
Dari kata risiko dapat ditarik berbagai definisi, namun secara sederhana artinya kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Tidak ada metode apapun yang bisa menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali dapat dihindarkan, kecuali kalau kegiatan yang mengandung risiko tidak dilakukan.
Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, manajemen risiko harus dilakukan dengan baik. Karena risiko yang tidak dimanajemen dengan baik akan mengganggu efektivitas perusahaan. Program manajemen risiko pertama-tama bertugas mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun untuk mengendalikannya. Singkatnya dengan progrogram manajemen risiko dapat melindungi keefektifan operasi perusahaan yang bersangkutan.
Dalam menangani risiko diperlukan adanya pendekatan-pendekatan dalam metode apakah yang akan dipilih, supaya dapat mengetahui hubungan timbal baliknya. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pemilihan metode penanganan resiko  yaitu Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan resiko dan Pendekatan kuantitatif dalam pemilihan metode penanganan resiko, akan tetapi dalam makalah ini hanya membahas “Pendekatan Kuantitatif dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko” 

A. Pokok Masalah
               Adapun pokok  masalah yang terdapat dalama makalah ini, yaitu :
1.       Bagaimanakah Pendekatan Kuantitatif dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko ?

BAB II
PEMBAHASAN

Pendekatan Kuantitatif Dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah table matrik “kerugian yang mungkin” yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang mungkin. Kemudian harus dijelaskan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut :
1.    Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi.
2.    Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.
Walaupun adanya keterbatasan tersebut di atas, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting, sebagai akan dilihat dalam uraian berikut ini.

A.   Matrik Kerugian
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian anggaplah bahwa sebuah gedung yang dimilki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahawa manajer risiko harus memutuskan antara 3 perangkat tindakan yaitu :
1.    Untuk menanggung risiko.
2. Untuk menanggung risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga mengurangi kans suatu kebakaran.
3.    Untuk membeli perlindungan asuransi.
Matrik kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini, Kerugian-kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori :
1.    Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.
2.    Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan ini dapat dibagi lagi ke dalam :
1.    Yang dapat diasuransikan
2.    Yang tidak dapat diasuransikan.
Sebagai contoh, dianggap bahwa kontrak asuransi yang dipertimbangkan ini merupakan paket yang luas yang melindungi perusahaan yang bersangkutan terhadap sebagian besar kerugian kebetulan, seperti biaya mengganti bangunan, penggunaan gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan puing-puing dan tanggung jawab terhadap orang lain, seandainya manejer memutuskan untuk menanggung sendiri resiko seperti itu, yang diperkirakan meliputi total Rp. 200.000.000.-
Jika perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri resiko dan jika nanti suatu kebakaran terjadi, maka perusahaan itu juga akan menderita kerugian kebetulan, kerugian ini tidak akan ada bila perusahaan itu membeli asuransi. Kerugian ekstra ini merupakan salah satu jenis “kerugian kebetulan yang tidak diasuransikan”. Jenis lain kerugian yang tak diasuransikan merupakan kerugian-kerugian yang terjadi baik perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko maupun membeli asuransi. Hanya jenis yang pertama sajalah yang dianggap akan terjadi dalam contoh ini dan terbatas pada pertambahan biaya kredit. Pertambahan biaya kredit ini disebabkan oleh tekanan lembaga pemberi pinjaman, bila perusahaan ini akan menanggung kerugian kebakaran sebesar Rp. 200.000.000,-. Biaya tambahan kredit ini diperkirakan akan menjadi Rp. 12.000.000,-.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matrik kerugian ini, cadangan tidak diadakan karena dalam suatu program penanggungan sendiri sebagian kerugian dan biaya tidak akan timbul dengan segera. Kegagalan untuk mengetahui adanya oppurtunity cost dari pada asuransi, maka terlihat bahwa pembelian asuransi lebih menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, disarankan manejer risiko menggunakan nilai sekarang yang diharapkan baik untuk kerugian maupun untuk biaya.
Akan tetapi hal itu mengaggap bahwa manejer resiko tidak menilai jasa-jasa seperti asuransi, jika perusahaan memikul risiko yang bersangkutan, tetapi tidak terjadi kebakaran. Maka perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian sama sekali.
Jika perusahaan tersebut memilih memikul risiko ditambah dengan pealatan pengamanan yang baru, dan jika memang terjadi kebakaran, maka pengaruh atas kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut tergantung sifat tindakan pengamanan tersebut. Dalam contoh ini dianggap yang akan dikurangi hanya probabilitas kebakaran, bukan keparahannya. Akibat kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut dalam matrik terlihat sama besarnya, tetapi yang membedakannya yaitu biaya-biaya yang timbul dari tambahan pengamanan dianggap  Rp. 6000.000,- per tahun.
Jika usaha pengamanan dilakukan namun tidak terjadi kebakaran, maka kerugian yang timbul hanya berupa biaya usaha pengamanan itu.
Namun jika perusahaan membeli asuransi dan ternyata kemudian terjadi kebakaran, maka premi sejumlah Rp. 10.000.000,- disubtitusikan bagi kerugian yang dapat diasuransikan dan dapat dikendalikan itu. Biasanya sebagian kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan, sepperti berkurangnya kenyamanan atau kerugian penggunaan harta milik pribadi, akan tetap ada. Dalam contoh ini kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan yang diketahui hanya pertambahan biaya kredit yang tidak akan terjadi bila perusahaan yang bersangkutan membeli asuransi. Karena itu kerugian hanya berupa premi asuransi sebesar Rp. 10.000.000,-.
Jika asuransi dibeli dan tidak ada kebakaran terjadi, maka kerugian berupa premi asuransi Rp. 10.000.000,-.

TABEL 1.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK

Keputusan
Outcome
Kebakaran
Tidak ada kebakaran

1






2








3

Menanggung risiko






Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan.





 Membeli Asuransi.

Kerugian yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.

Kerugian yang  diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan
Biaya peralatan pengamanan.


Premi asuransi per tahun.

Rp. 200.000.000.-


Rp.   12.000.000.-



Rp. 200.000.000.-

Rp  . 12.000.000.-


Rp.     6.000.000.-
Rp.218.000.000.-


Rp. 10.000.000.-


-


-




-

-

Biaya peralatan pengamana


Premi asuransi

Rp 0.-











Rp.  6.000.000.-
Rp.  6.000.000.-


Rp. 10.000.000,-







B.   Pengaruh pajak terhadap Keputusan
sampai pada titik ini, uraian-uraian mengabaikan pengaruh pajak. Pada contoh berikutnya dimisalkan tarif pajak rata-rata 50% x Rp. 200.000.000.- sesudah pajak akan menjadi 50% x Rp. 200.000.000.- = Rp. 100.000.000.-, biaya kredit akan menjadi 50% x Rp. 12.000.000.- = Rp. 6.000.000.-. maka total kerugian sesudah pajak adalah Rp. 106.000.000.-

 TABEL 1.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan
Outcome
                                     Kebakaran
Tidak terjadi kebakaran

1




2





3

Menanggung risiko



Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan.


Membeli Asuransi.

Kerugian yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.

Kerugian yang  diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya peralatan pengamanan.


Premi asuransi per tahun.

Rp. 100.000.000.-

Rp.     6.000.000.-
Rp.110.000.000.-

Rp. 100.000.000.-

Rp  .   6.000.000.-
Rp.     3.000.000.-
Rp.106.000.000.-

Rp.     5.000.000.-


-

-
-

-


Rp.     3.000.000.-
Rp.     3.000.000.-

Rp.     5.000.000.-
Rp.     5.000.000.-






 C.   Pengaruh Kecemasan dalam Menetapkan Keputusan
Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian, sebelumnya tidak diperhitungkan sebagai biaya. Memang sangat sukar sekali menterjemahkannya ke dalam nilai sejumlah uang tertentu, akan tetapi mengabaikan biaya ini akan menjurus kepada keputusan yang kurang tepat. Nilai kecemasan tentu saja merupakan faktor yang sangat subyektif. Nilai tergantung atas distribusi probabilitas dari pada :
-     Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer risiko yang bersangkutan.
-     Risiko-risiko lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
-     Tujuan manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :
1. Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya kecemasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
2.  Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan terhadap risiko.
Kuatnya keinginan untuk mencapai kedamaian pikiran, atau bebas dari rasa cemas mencerminkan sikap sesuatu perusahaan terhadap risiko.

TABEL 1.3
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan
Outcome
                                     Kebakaran
Tidak terjadi kebakaran

1





2






3

Menanggung risiko




Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan.


Membeli Asuransi.

Kerugian yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kecemasan.

Kerugian yang  diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
kecemasan
Biaya peralatan pengamanan.

Premi asuransi per tahun.

Rp. 100.000.000.-

Rp.     6.000.000.-
Rp.     4.000.000.-
Rp.110.000.000.-

Rp. 100.000.000.-

Rp  .   6.000.000.-
Rp.     3.000.000,-
Rp.     3.000.000.-
Rp.112.000.000.-

Rp.     5.000.000.-





Rp       4.000.000.-
Rp       4.000.000.-

-


Rp.     3.000.000,-
Rp.     3.000.000.-
Rp.     6.000.000.-

Rp.     5.000.000.-
Rp.     5.000.000.-






Contoh kecemasan yang timbul karena keputusan menanggung sendiri risiko, misalnya dinilai Rp. 4.000.000.-, kerugian potensial adalah Rp. 106.000.000.-. karna nilai kecemasan tersebut sama, baik pada Outcome kebakaran maupun pada outcome tidak terjadi kebakaran, maka Rp. 4.000.000.- mesti ditambahkan pada kedua outcome kebakaran dan tidak ada kebakaran. Kerugian total, termasuk nilai kecemasan.
Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi Rp. 3.000.000.-, karena dengan anggapan kecemasan berkurang karena adanya tambahan pengamanan.
Akhirnya karena kerugian per tahun tidak berubah pada keputusan (3), maka nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol. Karena itu nilai kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam tabel 1.1 dan tabel 1.2

D.   Obyektif dan Aturan Pengambilan Keputusan
Tidak mungkin untuk mempertimbangkan masing-masing obyektif yang mungkin yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini, meskipun demikian beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk dibahas. Obyektif itu akan dibagi ke dalam kategori utama:
-       Obyektif yang menganggap manejer risiko tidak dapat memperkirakan probablitas kerugian kebakaran.
-  Obyektif yang menganggap manejer risik dapat memperkirakan probablitas kerugian tersebut.

 1.    Jika probabilitas tidak dapat diperkirakan
Ada dua obyektif yang akan dipertimbangkan yang termasuk kedalam kategori ini. Meminimumkan kerugian potensial yang maksimum selama periode yang bersangkutan (Minimax)
Manejer risiko dengan obyektif mengambil keputusan untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian yang paling buruk yang mungkin terjadi yaitu dengan membeli asuransi. Meminimumkan kerugian potensial yang minimum selama periode yang bersangkutan (Minimin)
Dengan obyektif manejer risiko menginginkan kerugian yang paling rendah yang mungkin terjadi tanpa memilih outcomenya. Kerugian paling kecil terjadi pada outcome “tidak terjadi kebakaran” dan terlihat bahwa kerugian paling kecil itu adalah pada keputusan No. 1 yaitu menanggung sendiri risiko, maka manejer cendrung tidak membeli asuransi.
2.    Probabilitas dapat diperkirakan
Tujuan yang bersifat minimax dan minmin sebetulnya faedahnya hanya sedikit bagi manejer risiko. Dengan menganut obyektif tersebut, manejer yang minimixer cendrung memacu pada pembelian asuransi, sementara yang miniminer cendrung tidak membeli asuransi. Mereka telah mengabaikan informasi tentang distribusi probabilitas dari pada outcome.
Jika kita misalkan manejer risiko memperkirakan kans kerugian adalah 3/100 tanpa sesuatu tambahan pengamanan dan kans 1/100 dengan pengusulan tambahan usaha pengamanan yang baru. Dengan tambahan informasi baru ini, maka timbul pula tambahan dua obyektif sebagai berikut:
a. Meminimumkan kerugian yang berkenaan dengan out-come yang paling mungkin 
Meskipun tidak terlalu berfaedah, obyektif ini memberi perigatan karena sebagian orang mungkin mempertimbangkannya layak. Jika manejer risiko percaya bahwa kebakaran “lebih mungkin” dari tidak terjadi kebakaran maka mereka seharusnya membeli asuransi, namun di kehidupan nyata masih ada yang menentang asuransi sebab dalam kasus seperti ini kemungkinan kerugian lebih kebanyakan yang diasuransikan, kurang dari setengah, namun konsekuensinya bisa drastis jika kerugian terjadi.
b. Meminimumkan kerugian-harapan selama periode kebijaksanaan itu
Menejer risiko yang meminimumkan kerugian harapan dalam jangka waktu yang panjang akan mempunyai kerugian rata-rata yang terkecil.
Dalam kasus, kerugian harapan untuk masing-masing keputusan adalah sebagai berikut:
1.    Menanggung risiko
3/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.-
2.    Menanggung risiko plus tambahan pengamanan
1/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.-
3.    Membeli asuransi
3/100 (Rp. 5.000.-) + 99/100 (Rp. 5.000.-) = Rp. 5.000.-
Dalam situasi ini manejer risiko sebaiknya membeli asuransi, karena keputusan ini dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan kerugian harapan yang paling rendah, hanya jika ia memperkirakan ditribusi probabilitas dan nilai kecemasan secara tepat.

E.   Mengapa Seseorang membeli Asuransi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam menetapkan premi, pihak asuransi akan membebankan biaya yang bersifat prospektif. Pertama, penanggung menghitung kerugian harapan rata-rata dialami pihak tertanggung yang kualitas dan kuantitasnya sama. Kepada perkiraan kerugian yang diharapkan itu penanggung menambah sejumlah beban untuk biaya operasi, laba dan cadangan. Karena itu sebelum seseorang membeli asuransi, mereka harus memahami, bahwa mereka akan membayar jumlah premi yang lebih besar dari jumlah kerugian potensial yang mereka alami. Kenapa mereka mau membeli perlindungan asuransi walau mereka tahu biayanya lebih mahal.
Faktor yang mendorong orang membeli asuransi :
1.    Ingin membuang kecemasan akibat fluktuasi dalam kerugian kebetulan.
2. Menanggung sendiri kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan mungkin akan menimbulkan kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan.
3.     Perkiraan kerugian yang dihitung sendiri lebih besar dari perkiraan pihak asuransi.
4.  Nilai service yang disediakan pihak asuransi, seperti inspeksi keselamatan, penyesuaian kerugian dan sebagainya








BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Pendekatan kuantitatif dalam pemilihan metode penanganan resiko yaitu dimulai dengan membuat sebuah tabel matrik “kerugian yang mungkin” yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang mungkin. Kemudian harus dijelaskan secara persis tujuan yang hendak dicapai oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.

B.   Saran
Disadari bahwa pokok-pokok pikiran yang penulis sampaikan belum lengkap dan belum operasional, bahkan mungkin belum dapat menjelaskan secara menyeluruh, namun paling tidak makalah ini memberikan masukan, serta suatu harapan bahwa makalah ini dapat memberikan pemaparan serta motivasi untuk lebih jauh mengkaji tentang pendekatan dalam pemilihan metode penanganan resiko dengan menggunakan Pendekatan Kuantitatif.


  DAFTAR PUSTAKA











Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Ed. 1, Cet. 11. Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar