PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kebanyakan orang ingin menghindari risiko, Karena
selalu ingin aman dan hidup tenteram, oleh karena itu kebanyakan orang takut
menanggung risiko. Namun semua tahap kehidupan risiko selalu ada dalam setiap
tindakan, terlebih dalam perusahaan.
Dari kata risiko dapat ditarik berbagai definisi,
namun secara sederhana artinya kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau
akibat yang merugikan, seperti kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan
sebagainya. Tidak ada metode apapun yang bisa menjamin seratus persen bahwa
akibat buruk itu setiap kali dapat dihindarkan, kecuali kalau kegiatan yang
mengandung risiko tidak dilakukan.
Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan,
manajemen risiko harus dilakukan dengan baik. Karena risiko yang tidak
dimanajemen dengan baik akan mengganggu efektivitas perusahaan. Program
manajemen risiko pertama-tama bertugas mengidentifikasi risiko-risiko yang
dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian
barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Ini
berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun untuk
mengendalikannya. Singkatnya dengan progrogram manajemen risiko dapat melindungi
keefektifan operasi perusahaan yang bersangkutan.
Dalam menangani risiko diperlukan adanya
pendekatan-pendekatan dalam metode apakah yang akan dipilih, supaya dapat
mengetahui hubungan timbal baliknya. Ada dua pendekatan yang
dapat dilakukan dalam pemilihan metode penanganan resiko yaitu Pendekatan
kualitatif dalam pemilihan metode penanganan resiko dan Pendekatan kuantitatif
dalam pemilihan metode penanganan resiko, akan tetapi dalam makalah ini hanya
membahas “Pendekatan Kuantitatif dalam Pemilihan Metode Penanganan
Resiko”
A. Pokok Masalah
Adapun pokok masalah yang terdapat
dalama makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimanakah Pendekatan Kuantitatif dalam Pemilihan
Metode Penanganan Resiko ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan Kuantitatif Dalam Pemilihan Metode
Penanganan Resiko
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani
risiko berdasarkan pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah table matrik
“kerugian yang mungkin” yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya
yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome
yang mungkin. Kemudian harus dijelaskan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan
oleh beberapa hambatan sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi.
2. Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.
Walaupun adanya keterbatasan tersebut di atas,
pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen
yang penting, sebagai akan dilihat dalam uraian berikut ini.
A. Matrik Kerugian
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian
anggaplah bahwa sebuah gedung yang dimilki oleh suatu perusahaan dihadapkan
pada suatu kerugian karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian
total atau sama sekali tidak ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahawa manajer
risiko harus memutuskan antara 3 perangkat tindakan yaitu :
1. Untuk
menanggung risiko.
2. Untuk
menanggung risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga mengurangi
kans suatu kebakaran.
3. Untuk
membeli perlindungan asuransi.
Matrik kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian
bagi setiap keputusan dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini,
Kerugian-kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori :
1. Kerugian
secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.
2. Biaya yang
akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan ini dapat dibagi lagi ke
dalam :
1. Yang dapat diasuransikan
2. Yang tidak dapat diasuransikan.
Sebagai contoh, dianggap bahwa kontrak asuransi yang
dipertimbangkan ini merupakan paket yang luas yang melindungi perusahaan yang
bersangkutan terhadap sebagian besar kerugian kebetulan, seperti biaya
mengganti bangunan, penggunaan gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan
puing-puing dan tanggung jawab terhadap orang lain, seandainya manejer
memutuskan untuk menanggung sendiri resiko seperti itu, yang diperkirakan
meliputi total Rp. 200.000.000.-
Jika perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri
resiko dan jika nanti suatu kebakaran terjadi, maka perusahaan itu juga akan
menderita kerugian kebetulan, kerugian ini tidak akan ada bila perusahaan itu
membeli asuransi. Kerugian ekstra ini merupakan salah satu jenis “kerugian
kebetulan yang tidak diasuransikan”. Jenis lain kerugian yang tak diasuransikan
merupakan kerugian-kerugian yang terjadi baik perusahaan yang bersangkutan
menanggung sendiri risiko maupun membeli asuransi. Hanya jenis yang pertama
sajalah yang dianggap akan terjadi dalam contoh ini dan terbatas pada
pertambahan biaya kredit. Pertambahan biaya kredit ini disebabkan oleh tekanan
lembaga pemberi pinjaman, bila perusahaan ini akan menanggung kerugian
kebakaran sebesar Rp. 200.000.000,-. Biaya tambahan kredit ini diperkirakan
akan menjadi Rp. 12.000.000,-.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matrik
kerugian ini, cadangan tidak diadakan karena dalam suatu program penanggungan
sendiri sebagian kerugian dan biaya tidak akan timbul dengan segera. Kegagalan
untuk mengetahui adanya oppurtunity cost dari pada asuransi, maka terlihat
bahwa pembelian asuransi lebih menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan
tersebut, disarankan manejer risiko menggunakan nilai sekarang yang diharapkan
baik untuk kerugian maupun untuk biaya.
Akan tetapi hal itu mengaggap bahwa manejer resiko
tidak menilai jasa-jasa seperti asuransi, jika perusahaan memikul risiko yang
bersangkutan, tetapi tidak terjadi kebakaran. Maka perusahaan tersebut tidak
mengalami kerugian sama sekali.
Jika perusahaan tersebut memilih memikul risiko
ditambah dengan pealatan pengamanan yang baru, dan jika memang terjadi
kebakaran, maka pengaruh atas kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan
maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut tergantung sifat tindakan
pengamanan tersebut. Dalam contoh ini dianggap yang akan dikurangi hanya
probabilitas kebakaran, bukan keparahannya. Akibat kerugian kebetulan yang
dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut dalam matrik
terlihat sama besarnya, tetapi yang membedakannya yaitu biaya-biaya yang timbul
dari tambahan pengamanan dianggap Rp. 6000.000,- per tahun.
Jika usaha pengamanan dilakukan namun tidak terjadi
kebakaran, maka kerugian yang timbul hanya berupa biaya usaha pengamanan itu.
Namun jika perusahaan membeli asuransi dan ternyata
kemudian terjadi kebakaran, maka premi sejumlah Rp. 10.000.000,- disubtitusikan
bagi kerugian yang dapat diasuransikan dan dapat dikendalikan itu. Biasanya
sebagian kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan, sepperti
berkurangnya kenyamanan atau kerugian penggunaan harta milik pribadi, akan
tetap ada. Dalam contoh ini kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan
yang diketahui hanya pertambahan biaya kredit yang tidak akan terjadi bila
perusahaan yang bersangkutan membeli asuransi. Karena itu kerugian hanya berupa
premi asuransi sebesar Rp. 10.000.000,-.
Jika asuransi dibeli dan tidak ada kebakaran terjadi,
maka kerugian berupa premi asuransi Rp. 10.000.000,-.
TABEL 1.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK
Keputusan
|
Outcome
|
||||
Kebakaran
|
Tidak ada kebakaran
|
||||
1
2
3
|
Menanggung
risiko
Menanggung
risiko dan menambah peralatan pengamanan.
Membeli
Asuransi.
|
Kerugian
yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kerugian
yang diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan
Biaya
peralatan pengamanan.
Premi
asuransi per tahun.
|
Rp.
200.000.000.-
Rp.
12.000.000.-
Rp.
200.000.000.-
Rp .
12.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.218.000.000.-
Rp.
10.000.000.-
|
-
-
-
-
Biaya peralatan pengamana
Premi asuransi
|
Rp 0.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.
10.000.000,-
|
B. Pengaruh pajak terhadap Keputusan
sampai pada titik ini, uraian-uraian mengabaikan
pengaruh pajak. Pada contoh berikutnya dimisalkan tarif pajak rata-rata 50% x
Rp. 200.000.000.- sesudah pajak akan menjadi 50% x Rp. 200.000.000.- = Rp.
100.000.000.-, biaya kredit akan menjadi 50% x Rp. 12.000.000.- = Rp.
6.000.000.-. maka total kerugian sesudah pajak adalah Rp. 106.000.000.-
TABEL 1.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan
|
Outcome
|
|||
Kebakaran
|
Tidak terjadi kebakaran
|
|||
1
2
3
|
Menanggung
risiko
Menanggung
risiko dan menambah peralatan pengamanan.
Membeli
Asuransi.
|
Kerugian
yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kerugian
yang diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya
peralatan pengamanan.
Premi
asuransi per tahun.
|
Rp.
100.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.110.000.000.-
Rp.
100.000.000.-
Rp
. 6.000.000.-
Rp.
3.000.000.-
Rp.106.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
|
-
-
-
-
Rp.
3.000.000.-
Rp.
3.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
|
C. Pengaruh Kecemasan dalam Menetapkan Keputusan
Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian,
sebelumnya tidak diperhitungkan sebagai biaya. Memang sangat sukar sekali
menterjemahkannya ke dalam nilai sejumlah uang tertentu, akan tetapi
mengabaikan biaya ini akan menjurus kepada keputusan yang kurang tepat. Nilai
kecemasan tentu saja merupakan faktor yang sangat subyektif. Nilai tergantung
atas distribusi probabilitas dari pada :
- Ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi menurut perasaan pribadi manajer risiko yang bersangkutan.
- Risiko-risiko
lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
- Tujuan
manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor
kecemasan tersebut sebab :
1. Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar
pentingnya kecemasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
2. Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan
yang bersangkutan terhadap risiko.
Kuatnya keinginan untuk mencapai kedamaian pikiran,
atau bebas dari rasa cemas mencerminkan sikap sesuatu perusahaan terhadap
risiko.
TABEL 1.3
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan
|
Outcome
|
|||
Kebakaran
|
Tidak terjadi kebakaran
|
|||
1
2
3
|
Menanggung
risiko
Menanggung
risiko dan menambah peralatan pengamanan.
Membeli
Asuransi.
|
Kerugian
yang dapat diasuransikan kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kecemasan.
Kerugian
yang diasuransikan. kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
kecemasan
Biaya
peralatan pengamanan.
Premi
asuransi per tahun.
|
Rp.
100.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.
4.000.000.-
Rp.110.000.000.-
Rp.
100.000.000.-
Rp
. 6.000.000.-
Rp.
3.000.000,-
Rp.
3.000.000.-
Rp.112.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
|
Rp
4.000.000.-
Rp
4.000.000.-
-
Rp.
3.000.000,-
Rp.
3.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
|
Contoh kecemasan yang timbul karena keputusan
menanggung sendiri risiko, misalnya dinilai Rp. 4.000.000.-, kerugian potensial
adalah Rp. 106.000.000.-. karna nilai kecemasan tersebut sama, baik pada
Outcome kebakaran maupun pada outcome tidak terjadi kebakaran, maka Rp.
4.000.000.- mesti ditambahkan pada kedua outcome kebakaran dan tidak ada
kebakaran. Kerugian total, termasuk nilai kecemasan.
Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi
Rp. 3.000.000.-, karena dengan anggapan kecemasan berkurang karena adanya
tambahan pengamanan.
Akhirnya karena kerugian per tahun tidak berubah pada
keputusan (3), maka nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol.
Karena itu nilai kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam
tabel 1.1 dan tabel 1.2
D. Obyektif dan Aturan Pengambilan Keputusan
Tidak mungkin untuk mempertimbangkan masing-masing
obyektif yang mungkin yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini,
meskipun demikian beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk
dibahas. Obyektif itu akan dibagi ke dalam kategori utama:
- Obyektif
yang menganggap manejer risiko tidak dapat memperkirakan probablitas kerugian
kebakaran.
- Obyektif
yang menganggap manejer risik dapat memperkirakan probablitas kerugian
tersebut.
1. Jika
probabilitas tidak dapat diperkirakan
Ada dua obyektif yang akan dipertimbangkan yang
termasuk kedalam kategori ini. Meminimumkan kerugian potensial yang maksimum
selama periode yang bersangkutan (Minimax)
Manejer risiko dengan obyektif mengambil keputusan
untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian yang paling buruk yang mungkin
terjadi yaitu dengan membeli asuransi. Meminimumkan kerugian potensial
yang minimum selama periode yang bersangkutan (Minimin)
Dengan obyektif manejer risiko menginginkan kerugian
yang paling rendah yang mungkin terjadi tanpa memilih outcomenya. Kerugian
paling kecil terjadi pada outcome “tidak terjadi kebakaran” dan terlihat bahwa
kerugian paling kecil itu adalah pada keputusan No. 1 yaitu menanggung sendiri
risiko, maka manejer cendrung tidak membeli asuransi.
2. Probabilitas dapat diperkirakan
Tujuan yang bersifat minimax dan minmin sebetulnya
faedahnya hanya sedikit bagi manejer risiko. Dengan menganut obyektif tersebut,
manejer yang minimixer cendrung memacu pada pembelian asuransi, sementara yang
miniminer cendrung tidak membeli asuransi. Mereka telah mengabaikan informasi
tentang distribusi probabilitas dari pada outcome.
Jika kita misalkan manejer risiko memperkirakan kans
kerugian adalah 3/100 tanpa sesuatu tambahan pengamanan dan kans 1/100 dengan
pengusulan tambahan usaha pengamanan yang baru. Dengan tambahan informasi baru
ini, maka timbul pula tambahan dua obyektif sebagai berikut:
a. Meminimumkan kerugian yang berkenaan dengan
out-come yang paling mungkin
Meskipun tidak terlalu berfaedah, obyektif ini memberi
perigatan karena sebagian orang mungkin mempertimbangkannya layak. Jika manejer
risiko percaya bahwa kebakaran “lebih mungkin” dari tidak terjadi kebakaran
maka mereka seharusnya membeli asuransi, namun di kehidupan nyata masih ada
yang menentang asuransi sebab dalam kasus seperti ini kemungkinan kerugian
lebih kebanyakan yang diasuransikan, kurang dari setengah, namun konsekuensinya
bisa drastis jika kerugian terjadi.
b. Meminimumkan kerugian-harapan selama periode
kebijaksanaan itu
Menejer risiko yang meminimumkan kerugian harapan
dalam jangka waktu yang panjang akan mempunyai kerugian rata-rata yang
terkecil.
Dalam kasus, kerugian harapan untuk masing-masing
keputusan adalah sebagai berikut:
1. Menanggung risiko
3/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp.
7.180.-
2. Menanggung risiko plus tambahan pengamanan
1/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp.
7.180.-
3. Membeli asuransi
3/100 (Rp. 5.000.-) + 99/100 (Rp. 5.000.-) = Rp.
5.000.-
Dalam situasi ini manejer risiko sebaiknya membeli
asuransi, karena keputusan ini dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan
kerugian harapan yang paling rendah, hanya jika ia memperkirakan ditribusi
probabilitas dan nilai kecemasan secara tepat.
E. Mengapa Seseorang membeli Asuransi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam menetapkan premi,
pihak asuransi akan membebankan biaya yang bersifat prospektif. Pertama,
penanggung menghitung kerugian harapan rata-rata dialami pihak tertanggung yang
kualitas dan kuantitasnya sama. Kepada perkiraan kerugian yang diharapkan itu
penanggung menambah sejumlah beban untuk biaya operasi, laba dan cadangan.
Karena itu sebelum seseorang membeli asuransi, mereka harus memahami, bahwa
mereka akan membayar jumlah premi yang lebih besar dari jumlah kerugian
potensial yang mereka alami. Kenapa mereka mau membeli perlindungan asuransi
walau mereka tahu biayanya lebih mahal.
Faktor yang mendorong orang membeli asuransi :
1. Ingin membuang kecemasan akibat fluktuasi dalam
kerugian kebetulan.
2. Menanggung sendiri kerugian kebetulan yang dapat
diasuransikan mungkin akan menimbulkan kerugian kebetulan yang tak dapat
diasuransikan.
3. Perkiraan kerugian yang dihitung
sendiri lebih besar dari perkiraan pihak asuransi.
4. Nilai service yang disediakan pihak asuransi,
seperti inspeksi keselamatan, penyesuaian kerugian dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendekatan kuantitatif dalam pemilihan metode
penanganan resiko yaitu dimulai dengan membuat sebuah tabel matrik “kerugian
yang mungkin” yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus
dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang
mungkin. Kemudian harus dijelaskan secara persis tujuan yang hendak dicapai
oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.
B. Saran
Disadari bahwa pokok-pokok pikiran yang penulis
sampaikan belum lengkap dan belum operasional, bahkan mungkin belum dapat
menjelaskan secara menyeluruh, namun paling tidak makalah ini memberikan
masukan, serta suatu harapan bahwa makalah ini dapat memberikan pemaparan serta
motivasi untuk lebih jauh mengkaji tentang pendekatan dalam pemilihan metode
penanganan resiko dengan menggunakan Pendekatan
Kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Ed. 1, Cet. 11.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar