KONSEP
MAKROEKONOMI
Makro-ekonomi meliputi berbagai konsep
dan variabel, tetapi selalu ada tiga topik utama untuk penelitian
makro-ekonomi. Teori-teori makro-ekonomi biasanya terhubung dengan fenomena keluaran, pengangguran dan inflasi.
Di luar teori makro-ekonomi, topik-topik tersebut juga sangatlah penting untuk
semua agen ekonomi termasuk pekerja, konsumen dan produsen.
1.
Pengeluaran dan Pendapatan
Keluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara
pada masa yang sudah ditentukan. Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan
pendapatan. Maka dari itu, keluaran dan pendapatan biasanya dianggap setara dan
dua istilah tersebut sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa diukur
sebagai jumlah pendapatan, atau, bisa dilihat dari sisi produksi dan diukur
sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga dari penjumlahan seluruh nilai
tambah di dalam negeri.
Keluaran ekonomi makro
biasanya diukur dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) atau salah satu akun
nasional. Ekonom yang tertarik
dengan kenaikan keluaran jangka panjang akan mempelajari pertumbuhan ekonomi.
Kemajuan teknologi, akumulasi mesin dan modal lainnya, serta pendidikan yang lebih baik dan modal
manusia semuanya akan berujung
pada keluaran ekonomi lebih besar di selama berjalannya waktu. Tetapi, keluaran
tidak selalu naik secara konsisten. Siklus
bisnis bisa menyebabkan
penurunan keluaran jangka pendek yang disebut resesi.
Ekonom mencari kebijakan ekonomi makro yang bisa mencegah ekonomi anjlok ke jurang resesi
dan akhirnya bisa memacu pertumbuhan jangka panjang dengan lebih cepat.
2.
Pengangguran
Jumlah pengangguran di sebuah ekonomi
diukur dengan angka pengangguran, yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa
pekerjaan yang ada di dalam angkatan
kerja. Angkatan kerja hanya memasukan pekerja yang aktif
mencari kerja. Orang-orang pensiunan, mengejar pendidikan atau yang tidak
mendapat dukungan mencari kerja karena ketiadaan
prospek kerja, tidaklah termasuk di dalam angkatan kerja.
Pengangguran sendiri bisa dibagi menjadi beberapa tipe yang semuanya berkaitan dengan sebab-sebab yang berbeda pula. Pengangguran klasikal terjadi ketika gaji karyawan terlalu tinggi sehingga pengusaha tidak berani memperkerjakan karyawan lebih dari yang sudah ada. Gaji bisa menjadi terlalu tinggi karena peraturan upah minimum atau adanya aktivitas serikat pekerja. Sama halnya dengan pengangguran klasikal, pengangguran friksional terjadi apabila ada lowongan pekerjaan untuk pekerja tetapi waktu untuk mencarinya menyebabkan adanya periode di mana si pekerja tersebut menjadi pengangguran.
Pengangguran struktural meliputi beberapa jenis penyebab pengangguran termasuk ketidakcocokan antara kemampuan pekerja dan kemampuan yang dicari oleh pekerjaan yang ada. Pengangguran besar-besaran bisa terjadi ketika sebuah ekonomi mengalami masa transisi industri dan kemampuan para pekerja menjadi tak terpakai. Pengangguran struktural itu juga cukup mirip dengan pengangguran friksional karena dua-duanya berkutat pada permasalahan ketidakcocokan kemampuan pekerja dengan lowongan pekerjaan, tetapi pengangguran struktural berbeda karena meliputi juga kebutuhan untuk menambah kemampuan diri, tidak hanya proses pencarian jangka pendek.
Walaupun ada beberapa jenis pengangguran yang selalu ada saja mau bagaimanapun kedaaan ekonomi pada saat itu, pengangguran siklikan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Hukum Okun menunjukan hubungan empiris antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Versi asli dari Hukum Okun menyatakan bahwa 3% kenaikan keluaran ekonomi akan mengakibatkan 1% penurunan angka pengangguran.
3. Inflasi dan Deflasi
moving-average periodik selama sepuluh tahun tentang perubahan
tingkat harga dan pertumbuhan penawaran uang (menggunakan ukuran M2, penawaran
dari kurs keras dan uang dipegang untuk sebagian besar jenis rekening bank) di
Amerika dari tahun 1875 ke 2011. Dari sisi jangka panjang, kedua seri ini
menunjukkan hubungan yang erat.
Kenaikan
harga umum disebuah ekonomi disebut dengan inflasi. Ketika
harga menurun, maka terjadi deflasi. Ekonom mengukur perubahan harga ini menggunakan indeks harga. Inflasi bisa
terjadi ketika suhu ekonomi menjadi terlalu panas dan tumbuh terlalu cepat.
Mirip dengan ini, ekonomi yang merosot bisa mengakibatkan deflasi.
Bank
Sentral yang mengatur ketersediaan uang suatu negara, selalu mencoba
menghindari adanya perubahan tingkat harga menggunakan kebijakan
moneter. Dengan menaikan tingkat suku bunga atau menurunkan ketersediaan
uang di dalam sebuah ekonomi akan menurunkan inflasi. Inflasi bisa
mengakibatkan bertambahnya ketidakpastian dan konsekuensi negatif lainnya.
Deflasi bisa menurunkan keluaran ekonomi. Bank sentral akan mengusahakan
stabilnya harga untuk melindungi ekonomi dari akibat negatif atas fluktuasi
harga.
Perubahan di
tingkat harga bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Teori kuantitas uang
menyatakan bahwa pergerakan tingkat harga itu berhubungan langsung dengan penawaran uang. Fluktuasi
jangka pendek bisa juga berhubungan dengan faktor moneter, tetapi perubahan
pada permintaan agregat dan penawaran agregat bisa juga mempengaruhi tingkat
harga. Contohnya, penurunan di permintaan karena adanya resesi bisa
mengakibatkan indeks harga yang rendah dan deflasi. Syok penawaran negatif,
seperti krisis minyak, akan menurunkan penawaran agregat dan menyebabkan
inflasi.
Model ekonomi makro
· Permintaan agregat-Penawaran agregat
Model AD-AS telah menjadi model panduan standar untuk menjelaskan ekonomi makro. Model ini menunjukkan indeks harga dan indeks keluaran aktual di titik temu pada permintaan agregat dan penawaran agregat. Kurva permintaan agregat yang melandai ke bawah menandakan bahwa banyak keluaran yang diminta pada tingkat harga yang lebih rendah.
Kurva melandai ke bawah ialah hasil yang terjadi karena tiga efek: Efek Pigou, yang menyatakan bahwa ketika harga asli jatuh, kemakmuran asli naik, sehingga mengakibatkan naiknya permintaan barang oleh konsumen; Efek Keynes, yang menyatakan bahwa ketika harga turun maka permintaan uang akan turun dan akan mengakibatkan turunnya suku bunga, pinjaman investasi dan konsumsi akan naik; dan efek ekspor bersih, yang menyatakan bahwa ketika harga naik, barang domestik menjadi lebih mahal apabila dilihat dari sisi komparatif dengan konsumen asing dan akibat dari itu, ekspor menurun.
· IS-LM
Model IS-LM memunculkan titik ekubilibrium tentang suku bunga dan pengeluaran diberikan oleh ekulibrium di dalam pasar barang dan uang. Pasar barang diwakilkan oleh ekuilibrium antara investasi dan tabungan (IS), dan pasar uang diwakilkan oleh penawaran uang dan preferensi likuiditas. Kurva IS termasuk oleh titik-titik di mana investasi, berdasarkan suku bunga, setara dengan tabungan, berdasarkan keluaran.
Kurva IS melandai ke bawah karena keluaran dan suku bunga memiliki hubungan berbanding terbalik di pasar barang: Apabila keluaran meningkat maka akan lebih banyak uang yang ditabung, yang artinya suku bunga haruslah diturunkan untuk mendorong investasi yang cukup sehingga sepantaran dengan tabungan. Kurva LM melandai ke atas karena suku bunga dan keluaran memiliki relasi positif di pasar uang. Dengan meningkatknya keluaran, permintaan untuk uang akan naik, dan suku bunga akan turut naik.
Dalam contoh grafik IS/LM ini, kurva IS bergerak ke
kanan, menyebabkan suku bunga meningkat (i) dan ekspansi dari ekonomi
"asli" (GDP asli, atau Y).
Model IS/LM seringkali digunakan
untuk mendemonstrasikan efek dari kebijakan moneter dan fiskal. Buku teks
seringkali menggunakan model IS/LM, tetapi model ini tidak menunjukkan
kompleksitas dari model-model ekonomi-makro moderen. Meskipun
begitu, model-model moderen ini masih tetap memiliki relasi yang mirip dengan
IS/LM.
Pendekatan
Analitik
Pembedaan tradisional adalah antara dua pendekatan
berbeda ke ekonomi: ekonomi Keynesian, memusatkan pada permintaan; dan ekonomi
sisi-penyediaan (atau neo-klasik) yang memusatkan pada persediaan. Keduanya tidak
bisa berjalan sendiri, namun ini hanya permasalahan penekanan.
Permasalahan dalam Ekonomi Makro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar